Upacara Adat Nyadran “Nemlikuran” Padukuhan Tamanan Kalurahan Tamanmartani

07 April 2022
Administrator
Dibaca 94 Kali
Upacara Adat Nyadran “Nemlikuran” Padukuhan Tamanan Kalurahan Tamanmartani

Tamanmartani - Kamis(06/04) Nyadran berasal dari bahasa Sansekerta, yakni dari kata sraddha yang artinya keyakinan. Sedangkan dalam Bahasa Jawa, berasal dari kata sadran yang artinya Ruwah/Sya’ban. Upacara adat nyadran adalah upacara adat membersihkan makam dan mengirim doa pada leluhur sebelum datangnya Bulan Suci Ramadhan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, yang diyakini upacara tersebut merupakan tradisi dari para leluhur sebagai upacara pembersihan diri sebelum memasuki bulan suci.

Padukuhan Tamanan yang terletak di Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan ini masih menjunjung tinggi adat dari leluhur yaitu nyadran. Yang akan dilakukan setiap tanggal 26 Ruwah, biasanya disebut dengan Upacara Adat Nyadran “Nemlikuran”. Pada tahun ini baru saja dilaksanakan pada 30 Maret 2022. Upacara adat Nyadran di Padukuhan Tamanan ini mengusung tema “Beda Raga Nunggal Rasa, Nyawiji Ing Tradisi” dilaksanakan di halaman sanggar Memetri Wiji pimpinan Bapak Tri Joko Saptono selaku tokoh budaya di Padukuhan Tamanan. Upacara adat Nyadran ini dilaksanakan pada siang hari, yakni pukul 13.00 sampai selesai, yang dihadiri oleh seluruh warga padukuhan Tamanan, Dukuh, Lurah Tamanmartani (diwakilkan Kasi Kamituwo) dan Pamong Kalurahan Tamanmartani. Serta dihadiri pula oleh perwakilan dari Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta Ibu Endang Widuri. Keunikan dari upacara adat ini adalah warga yang datang menggunakan pakaian adat dan membawa tenong berisikan makanan, buah-buahan dan jajanan pasar yang disunggi, yang nantinya pada akhir acara akan dibuka dan dimakan bersama-sama.

Adapun tata cara pelaksanaan upacara adat ini adalah: warga datang dan berkumpul, tenong diletakkan tepat didepan warga, sedangkan untuk jodhang ditata didepan sendiri dekat dengan duduknya para  pamong kalurahan dan pemuka agama. Acara dibuka oleh MC yang dilanjutkan dengan hiburan pentas seni dari para peserta sanggar Memetri Wiji, dilanjutkan dengan berjalan bersama menuju makam leluhur untuk Nyekar (tabur bunga) dan mengirim doa (tenong ditinggal ditempat berkumpul), setelah selesai mengirim doa dimakam leluhur warga kembali ke tempat berkumpul tadi, acara dilanjutkan dengan sambutan-sambutan dari perangkat desa, dilanjutkan dengan Doa bersama dipimpin oleh Pemuka Agama, dan acara terakhir adalah membuka jodhang dan tenong untuk makan bersama. Makanan boleh diambil dari tenong atau jodhang yang mana saja. Sedikit berbeda dengan tenong, untuk isian jodhang lebih lengkap, oleh karenanya jodhang diletakkan didepan para perangkat desa dan pemuka agama agar bisa dinikmati, namun warga pun boleh maju untuk mengambil makanan yang ada di jodhang tersebut.

Upacara adat nyadran di Padukuhan Tamanan tahun ini merupakan upacara adat dengan semangat baru, dikarenakan sejak dua tahun lalu upacara adat di padukuhan ini sempat terhenti akibat adanya Pandemi Covid-19 yang melanda. Semoga upacara adat tahun berikutnya dapat berjalan dengan lebih meriah lagi.

Sumber: Dokumentasi Pendamping Budaya Kalurahan Tamanmartani